Hingga Matahari Meninggi Di Penang

Dalam cetak biru itinerary yang kami buat secara ambisius, karena ketidaktahuan kami akan keadaan Penang, kami merencanakan untuk mulai menjelajah Penang sejak pagi buta. Maksudnya sih biar puas keliling seharian. Gak tanggung-tanggung, kami bertekad akan meninggalkan hostel pukul 06:00 pagi! Ambisius banget kan? Hihihi… Semangat pagi itu adalah menaklukkan Penang Hill ketika matahari masih mengintip malu-malu, lalu menyelesaikan Kek Lok Si Temple, dilanjutkan dengan menikmati Khoo Kongsi di tengah hari, dan seterusnya, dan seterusnya.

Oh ya, sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita tahu sedikit tentang Penang. Informasi yang saya himpun menyatakan bahwa Pulau Penang adalah tempat mendaratnya Kapten Francis Light di Malaysia pertama kali. Pada pertengahan abad ke-18 terjadi pertempuran antara Siam dan Burma. Entah apa relevansinya dengan Kesultanan Kedah, tapi Sultan Kedah saat itu meminta pertolongan Inggris untuk menghindari pertempuran tersebut. Sebagai balas jasa, Sultan Kedah setuju untuk menyewakan Pulau Penang kepada Inggris.
Mungkin sebagai langkah awal, Kapten Francis Light pun datang ke Pulau Penang. Mau lihat-lihat kali ya… Tapi mungkin emang dasarnya Inggris saat itu wataknya watak penjajah ya, belum juga ada kata sepakat antara para pihak, eh udah langsung dikuasain aja tuh pulau… dan segera saja, Pulau Penang menjadi pusat administrasi kolonial Inggris untuk wilayah Timur Jauh. Pulau Penang saat itu terkenal dengan rempah-rempahnya seperti cengkeh dan pala, dan segera mahsyur sebagai pelabuhan pusat kegiatan ekspor berbagai macam barang dari dataran-dataran disekitarnya. Kilaunya memudar ketika Singapura mulai digunakan sebagai pelabuhan dan jalur penghubung perdagangan.

Oke, kembali ke kebimbangan kami akan tempat tujuan wisata yang pertama ingin dikunjungi, sebenarnya keinginan menikmati Penang dari titik tertingginya di atas permukaan laut timbul karena membaca blog seorang ekspatriat Pinoy yang tinggal dan bekerja di Penang. Melihat indahnya Penang saat pagi masih berkabut membuat kami juga ingin merasakan keindahan itu.
Tapi lelah yang mendera #eaaa setelah perjalanan panjang dari Kuala Lumpur membuat kami bahkan baru membuka mata pukul 6 lewat. Hihihi… kebetulan baik saya maupun Erma tidak sedang shalat saat itu. Jadilah kami memaksa mata untuk terbuka dan setengah hati menyeret langkah ke kamar mandi. Pukul 07:30 kami meninggalkan hostel, dan bimbang memutuskan, mana yang lebih dulu dikunjungi. Penang Hill atau Kek Lok Si?

***
Jumat pagi itu kami mulai menemukan kenyataan bahwa… membutuhkan kesabaran yang tinggi untuk menunggu Rapid Penang yang datang paling cepat 15 menit sekali. Juga kesabaran untuk menolak peminta-minta yang mendatangi kami berkali-kali. Juga kesabaran menghadapi cuaca Penang yang berubah-ubah dalam waktu singkat. Saat itu langit mendung dan tak lama gerimis kecil mulai meningkahi Penang. Tapi sesaat kemudian dan siang harinya sungguh membuat kami mandi keringat. Rasanya matahari Penang tak kalah panas dan garangnya dengan Cirebon! Teriknya sungguh membuat gerah. Tak ada angin sama sekali.

Sambil menunggu Rapid Penang, saya dan Erma berdiskusi dan akhirnya memutuskan untuk mengunjungi Kek Lok Si Temple terlebih dahulu, baru kemudian menuju Penang Hill. Keputusan kami ini dipengaruhi juga oleh kenyataan bahwa lebih banyak Rapid Penang yang menuju Kek Lok Si, daripada yang menuju Penang Hill. Dalam peta yang kami ambil gratisan dari hostel tempat menginap, tertulis hanya ada satu Rapid Penang yang menuju Penang Hill, yaitu Rapid Penang nomor 204. Sementara ada beberapa pilihan jika kita ingin mengunjungi Kek Lok Si. Ada Rapid Penang nomor 201, 203, 204, atau 502. Kami naik Rapid Penang nomor 201 yang datang lebih cepat, dan meminta pada pak supir untuk menurunkan kami di jalan terdekat dengan Kek Lok Si Temple. Sayang sekali, saya lupa nama jalannya. Yang jelas, setelah turun dari bus, kami hanya tinggal menyusuri jalan yang ramai dengan pedagang buah dan alat-alat sembahyang di kedua sisi jalan.


Lihat deh nama tokonya. Menohok hati banget ya 😆

Dari kejauhan sudah terlihat Kek Lok Si yang menjulang tinggi. Tapi benar kata orang. Yang tinggi itu biasanya menipu. Terlihat dekat padahal sebenarnya masih jauh, je!
Setelah beberapa menit berjalan, kami agak sedikit bertanya-tanya kenapa jalan yang kami susuri semakin sepi. Apakah kami salah jalan? Sepertinya sih tidak, karena Kek Lok Si tampak makin jelas di depan mata. Tapi kenapa jalanan begitu sepi?
Apakah karena matahari yang bersinar terik? Atau kami datang terlalu pagi? Saat itu memang baru pukul 08:30. Tapi pertanyaan kami juga bertambah tentang pintu masuk ke Kek Lok Si. Mana tangga menuju kuil yang disucikan dan sangat sakral bagi umat Budha tersebut?


Kek Lok Si Temple dari kejauhan. Masuk lewat mana ya?

Sedikit mencari-cari, kami berhasil menemukan tangga menuju Kek Lok Si. Dalam pikiran saya, karena Kek Lok Si ini merupakan tempat ibadah umat Budha dan juga dijadikan salah satu daya tarik pariwisata Penang, maka pintu masuk menuju Kek Lok Si ini akan terpampang jelas sebagaimana Candi Borobudur. Ternyata tidak. Tangga menuju Kek Lok Si berbentuk gang kecil dengan penunjuk arah seadanya, tersembunyi dikelilingi lautan toko yang menjajakan souvenir dan makanan lokal. Karena kami datang agak pagi, saat itu masih sedikit sekali toko yang buka. Suasana menuju kuil jadi sedikit menyeramkan. Tangga yang terbuat dari beton tampak sederhana dan seadanya saja. Tidak mulus dan tidak terawat tampaknya.


Begini lho tangga menuju Kek Lok Si. Gambar ini diambil ketika kami usai mengunjungi kuil tersebut


Salah satu area taman yang pertama kali menyambut mata di Kek Lok Si. Penuh warna dan indah

Kek Lok Si dikenal juga sebagai Pagoda 10 Ribu Budha, atau Temple of Supreme Bliss, atau Temple of Sukhavati. Dibangun oleh seorang penganut Budha yang taat kelahiran Provinsi Fujian, Beow Lean, yang juga merupakan kepala biksu pertama di kuil tersebut. Kuil yang merupakan kuil terbesar di Asia Tenggara ini mulai dibangun pada tahun 1890 dan selesai sempurna pada tahun 1930. Arsitekturnya merupakan perpaduan seni bangunan dan falsafah ala China, Thai, dan Burma. Hal ini memperlihatkan harmoni antara Budha Mahayana dan budha Theravada.
Tahun 2002 dibangunlah patung Dewi Kwan Im setinggi 30,2 meter yang terbuat dari perunggu. Untuk melihat patung dewi yang terkenal welas asih ini, bisa menggunakan lift dengan tiket RM 4 untuk pulang-pergi.


Lift yang bergerak dengan estimasi kemiringan 45 derajat. Tak sampai 5 menit kita pun akan sampai di area Statuta Dewi Kwan Im. Sebenarnya, kita bisa juga menggunakan mobil untuk sampai ke puncak ini. Tapi ini khusus bagi yang mengendarai mobil pribadi.


Itu Dewi Kwan Im-nya yang ada di belakang. Yang sibuk pose di depan abaikan aja lah ya :mrgreen:


Penang dari puncak Kek Lok Si. Matahari sudah menyengat, padahal baru pukul 09:30

Kek Lok Si merupakan kuil yang dibangun apik dan cantik dengan biara, aula tempat berdoa, candi, pagoda, dan taman-taman yang indah. Di kuil ada sebuah pohon yang digantungi pita warna-warni bertuliskan aksara cina yang berisi doa-doa dan harapan-harapan para pendoa. Ada yang memohon kebahagiaan dan perlindungan bagi keluarga, ada pula yang meminta kedamaian dunia.
Berkeliling agak lama, kami merasa cukup menikmati indahnya Kek Lok Si, dan memutuskan untuk tidak mengunjungi pagodanya karena kami ingin segera ke Penang Hill dan menghindari panas matahari yang semakin ganas. Ngomong-ngomong, kalau mau masuk ke pagodanya, ada retribusi yangharus kita bayar. Saya lupa berapa tepatnya. Entah RM 2 atau RM 6, tapi seingat saya, saya melihat tulisan RM 12 di pintu masuknya.

Dalam perjalanan turun, kami melewati sebuah kolam. Sepintas lalu, terlihat kolam itu penuh sekali dengan batu. Kami terperanjat ketika melihat batu-batu itu bergerak!
Ternyata benda-benda itu bukan batu. Tetapi banyak kura-kura yang sedang bersantai dan berjemur. Banyak sekali kura-kura! Saya bergidik melihat begitu banyak kura-kura bertumpuk-tumpuk dalam satu tempat. Geli rasanya.
Mungkin inilah Sacred Turtle Pond atau kolam pembebasan kura-kura. Dalam kepercayaan cina, kura-kura memang melambangkan umur panjang, kekuatan, dan daya tahan.


Kura-kura ninja membuka penyamarannya! #eh *kriiikk*

Dari Kek Lok Si, kami meneruskan perjalanan ke Penang Hill, atau nama lainnya Bukit Bendera. Agak jauh memang, beberapa penduduk lokal yang kami temui menyarankan untuk naik taksi karena Rapid Penang nomor 204 agak jarang, tapi kami ingat dengan taksi Penang yang terkenal dengan argo tembak, sehingga kami memutuskan untuk berjalan kaki saja.
Lumayan juga, kurang lebih 1 kilo kami berjalan menyusuri Jalan Balik Pulau ketika akhirnya sampai di Penang Hill. Dengan ketinggian 830 meter diatas permukaan laut, kami menerka Penang Hill adalah titik tertinggi di Pulau Penang. Untuk mencapai puncaknya, kita dapat menggunakan trem atau mengeluarkan sedikit keringat dengan ber-hiking-ceria. Tiket trem adalah RM 30 bagi warga negara asing, berkali-kali lipat dari yang harus dibayarkan oleh warga Malaysia. Saya pribadi merasa tiket seharga itu termasuk mahal jika hanya untuk menikmati Penang beberapa saat saja.


This… costs RM 30 each! Oh my…

Trem pertama berangkat setiap pukul 06:30 pagi, dan secara teratur berangkat setiap 30 menit sekali. Di puncak, ada beberapa fasilitas, termasuk Owl Museum yang baru dibuka dengan tiket seharga RM 10. Ada pula teropong untuk melihat Penang lebih jelas. Kita harus memasukkan dua koin 50 sen ringgit Malaysia untuk bisa menggunakannya.

Sudah tengah hari ketika kami memutuskan untuk menyudahi kunjungan kami di Penang Hill. Kami pun kembali ke George Town dengan menumpangi Rapid Penang nomor 204 yang berbaris di depan Penang Hill. Misi kali ini, selain harus re-charge batere kamera yang udah teriak-teriak semaput, juga karena sudah waktunya makan siang. Sejak saya rajin update informasi tentang Penang, saya jadi penasaran terhadap ‘signature’ dishes-nya. Gak lain dan gak bukan, nasi kandar dan roti canai!

Expenses:
– Snack & air mineral di Seven Eleven RM 3
– Rapid Penang #201 RM 2
– Lift ke Statue Dewi Kwan Im PP RM 4
– Trem di Penang Hill RM 30
– Rapid Penang #204 RM 2
– Ais Milo di Nasi Kandar Jasmeene RM 1,80
– Paket Double Cheese Burger McD RM 11,35
– Belanja oleh-oleh di GIANT KOMTAR RM 65,65
– Tiket Pinang Peranakan Mansion RM 10
– Makan malam di Tajjudin Hussein: roti canai kosong & ais milo RM 2,50

Leave a comment